TANAMKAN JEJAK (2)

TANAMKAN JEJAK (2)

Alfred B. Jogo Ena
Memaknai komunitas yang melebur menjadi garam dan terang

Senja yang mendekat
membawa aroma kopi
bersama sejuta kenangan
Tak terbendung hari
berlalu seperti sediakala
tinggalkan jejak peradaban
Sebelum nisan berdiri
tanamkan saja kata
jadi jejak abadi

(tulisan ini hendak membedah lebih luas puisi singkat yang saya tulis kemarin sore, 17/07/2020 di dinding FB saya)

sambungan...

Setelah pelatihan pertama mencubit keluar diri, pelatihan kedua lebih memecut ke dalam diri dengan tema "Ayat-Ayat Dahsyat Yang Mengubah Hidup." Dalam pelatihan yang dilaksanakan bulan Oktober 2016 ini para peserta diminta untuk tidak hanya duc in altum, bertolak ke tempat yang dalam, tetapi juga berani menyelam dalam kedalaman diri.

Kalau dalam pelatihan pertama peserta diajak untuk melihat keluar dirinya, pada pelatihan kedua peserta diajak untuk melihat dirinya: pengalamannya, kelebihan dan kekurangannya dan terutama merasa hidup dan dihidupi oleh ayat-ayat kehidupan, entah ajaran budaya, nasihat teman maupun kutipan dari Kitab Suci.

Dari peserta 34 orang yang hadir, 23 diantaranya mengirimkan tulisannya dan diterbitkan dengan judul: "Ayat-Ayat Dahsyat Yang Mengubah Hidup." Ada satu tulisan dari bintang tamu yang khusus diminta ketika Beliau masih mengajar di Korea Selatan, yakni salah satu pendiri KPKDG, Bapak Tengsoe Tjahjono.

Pembaca budiman/budiwati, Anda tak akan mengira bahwa para sahabat yang mungkin setiap saat bersama-sama Anda ternyata memiliki kisah-kisah yang selama ini ada dalam kedalaman dirinya, yang disembunyikan karena takut ketahuan orang lain. Ternyata ada teman yang membawa beban hidup yang demikian berat, tetapi justru setelah pelatihan ini merasa legaa...plongg....bebas..dan sembuh. Menulis bisa menyembuhkan luka batih loh...Mau tahu caranya? Tunggu pelatihan berikutnya, atau silahkan hubungi kami...hehe kalau ini memang promosi kawan..

Setelah menukik ke dalam diri, pada pelatihan ketiga, lagi-lagi mentor kami yang jago kelayapan mencari inspirasi cerpen dan novel mengajak para peserta untuk bermain-main dengan dunia imajinasi. Bertempat di pinggir Kali Progo, di hulu Selokan Mataram, para peserta diajak berselancar ke dunia imajinasi, dunia fiksi untuk menulis cerpen. Pelatihan ini menghasilkan buku kumpulan cerpen berjudul Dari Mijil Ke Kali Progo. Mijil itu "base camp" para pengurus KPKDG Yogyakarta, tempat kami berurun rembuk mencari tema dan bentuk pelatihan. Sedangkan Kali Progo itu tempat yang berdekatan dengan tempat pelatihan menulis yang kami lakukan.

Dari 42 orang yang ikut pelatihan 34 orang mengirimkan cerpen-cerpennya yang kemudian diterbitkan pada bulan April 2017. Ya, setiap jejak pelatihan mesti mewujud dalam bentuk kenangan yang lestari berupa buku sehingga bisa dibaca anak cucu sedarah maupun sedaratan heheh

Menurut mentor Budi Sardjono dengan melewati ketiga tahap ini para calon penulis dan penulis mulai bisa memetakan kekuatan dirinya. "Apakah saya cocok menulis opini (baca kritik sosial), atau refleksi dan renungan motivasional atau menulis cerita-cerita imajinatif?" Dengan demikan diharapkan, para penulis (yang rata-rata ada peserta paling setia mengikuti pelatihan, tentu selain pengurus dan panitia pelaksanaan) mulai bisa mengarahkan (ceh ile, kayak pengarah gaya saja haha) dirinya mau memilih bentuk tulisan apa yang paling cocok dan tentu saja makin profesional dalam menulis dan mendatangkan uang...(salah satu ujung dari menulis memang menulis untuk hidup)

Tetapi rupanya harapan mentor tidak bisa secepat itu diraih,masih butuh...(bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANAMKAN JEJAK (1)

WATU NESAJA

MEREKA PERGI BERURUTAN